CeremonialDenpasarSeni Budaya

Koster: Seni Media Terbaik Mencapai Persatuan

    DENPASAR, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster mengajak seluruh krama Bali bergembira dan bersukacita dalam gelaran Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41 tahun 2019 ini.

    “Jadikan ajang PKB ini sebagai pestanya rakyat Bali, dimana semuanya bergembira, bersatu dan berangkulan. Kita tebarkan kedamaian melalui tradisi, seni dan budaya kita yang adiluhung,” ajak Koster saat Malam Gelaran Pembukaan PKB ke-41 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Art Centre, Denpasar, Sabtu (15/6/2019) malam.

    Baca Juga:  Produk Inovasi Civitas INSTIKI Menyita Perhatian Wali Kota Denpasar di DTIK Festival 2024!

    Kesenian di Bali disebut Koster, bagaikan oksigen yang bisa dihirup di mana-mana, dan juga sebagai sebuah media untuk memahami Bali dengan sejati. “Meskipun ada dinamika di masyarakat, selalu ingat bahwa seni bisa menyatukan kita kembali. Seni adalah media terbaik bagi kita untuk mencapai persatuan itu,” ujarnya.

    PKB tahun ini, yang mengambil tema ‘Bayu Pramana’ atau kekuatan angin dipaparkan Koster telah ditata dengan kreatif dan inovatif. “Kita rancang untuk komit dengan tema yang ada sehingga punya wajah baru, tidak monoton,” sebutnya.

    Baca Juga:  Tradisi Melasti Se-Desa Adat Blahbatuh

    “Selain itu, PKB kali ini juga berkomitmen pada kebijakan-kebijakan dan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’. Seperti penggunaan busana adat Bali, aksara dan sastra Bali, kampanye pengurangan sampah plastik hingga pemanfaatan produk pertanian dan industri lokal,” terang Gubernur kelahiran Sembiran, Buleleng ini.

    Keberpihakan pada industri lokal juga ditunjukkan melalui terobosan untuk menggratiskan stand pameran bagi para pelaku UMKM lokal. “Selain itu, kita juga mengangkat kembali sekaa sebun di tiap desa adat, yang selama ini menjaga kokohnya agama, adat tradisi di Bali,” ujarnya.

    Pembukaan PKB tahun ini, digelar oratorium berjudul ‘Bali Padma Bhuana’ oleh ISI Denpasar. Fragmen sendratari yang mengisahkan Raja Dalem Waturenggong yang memimpin Bali di abad ke-16, dengan upaya-upayanya untuk menjaga kesejahteraan dan kebahagiaan rakyatnya. Antara lain, dengan melaksanakan upacara Nangluk Merana dan Eka Dasa Rudra serta meneladani kearifan raja-raja sebelumnya.(rls*/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi