DenpasarSeni Budaya

Lomba Cecimpedan Sedot Perhatian Pengunjung PKB

    DENPASAR, Kilasbali.com – Kalangan Ayodya, Taman Budaya Denpasar ramai dengan gelak tawa penonton pada Selasa Siang (25/6/2019). Bukan pertunjukkan bondres penyebabnya, melainkan Lomba Macecimpedan Tingkat SD yang penuh dengan tingkah polos anak-anak.

     

    Taman Budaya Denpasar disemarakkan dengan adanya lomba-lomba bernafas Bali. Diantara sekian lomba yang diselenggarakan, Lomba Macecimpedan Tingkat SD yang paling menyedot perhatian pengunjung Pesta Kesenian Bali ke-41. Dari kejauhan sorak-sorai gelak tawa penonton terdengar di Kalangan Ayodya yang menjadi lokasi berlangsungnya perlombaan tebak-tebakkan dengan Bahasa Bali itu. Pola tingkah bocah sekolah dasar yang menjadi peserta lomba membuat masyarakat tertawa sekaligus terheran-heran.

    Baca Juga:  Trans Studio Bali Hadirkan Show Spesial Lebaran hingga 21 April 2024

     

    Dalam usia yang masih belia, para peserta tampil dengan rasa penuh percaya diri. Tentunya, perdebatan pun berlangsung disela-sela mereka sedang menebak teka-teki yang dilontarkan lawan. “Meh ne aeng mekelone nyawab, aengan payasan kene be,” ejek salah satu lawan. Saat waktu menebak kian menipis, keberadaan I Ketut Jirnaya meredakan perdebatan panas namun konyol itu. “Pak ne matakon, adi kemu lakunne nyawab,” ujar I Ketut Jirnaya pada peserta yang ia tanya jawaban apakah yang dimaksud.

     

    Baca Juga:  Sendratari Kolosal ‘Ki Barualis’ Meriahkan HUT Kota Gianyar

    Keberadaan Jirnaya yang menjadi pangenter (pengontrol jalannya lomba cecimpedan) turut memancing perhatian dan gelak tawa penonton. Cara Jirnaya meredam emosi anak-anak dan mengolahnya menjadi sisi humor adalah hal menarik lainnya diantara sekian macam gaya peserta macecimpedan. “Tidak ada dukanya, jujur saya senang karena anak-anak memang seperti itu ada emosi, tapi keluguan dan kelucuan itu yang menjadi daya tarik tersendiri,” tutur Jirnaya yang turut mengemban tanggung jawab selaku dewan juri lomba macecimpedan.

    Baca Juga:  Peletakan Batu Pertama Pembangunan GKPB Dalung, Giri Prasta: Berbagi dengan Semua Umat

     

    Sebagai pangenter, Jirnaya harus pandai mengenali teka-teki yang memiliki jawaban ambigu. Sebab pada prinsipnya, teka-teki yang baik adalah hanya terdiri dari satu jawaban pasti serta dapat diterima oleh masyarakat umum. Selain memberi humor, mengedukasi peserta pada makna kata Bahasa Bali yang mulai jarang digunakan sehari-hari juga menjadi tanggung jawab sosok pangenter. Setelah bergulat dengan lika-liku menebak teka-teki berbahasa Bali (macecimpedan) akhirnya, ditemukanlah tiga pemenang. Juara pertama ditempati Kabupaten Gianyar, kedua Kota Denpasar, dan ketiga Kabupaten Tabanan. (rls/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi