Seni BudayaTabanan

Louncing Rejang Sandat Ratu Segara Diwarnai Kerauhan Massal

    TABANAN, Kilasbali.com-Louncing Rejang Sandat Ratu Segara pada Pembukan Tanah Lot Art And Food Festival II diwarnai kerauhan massal pada Sabtu (18/8/2018). Dari 1.800 penari yang tampil hampir puluhan mereka yang mengalami kerauhan usai menarikan tarian sakral yang digagas oleh Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti tersebut.

    Puncak kerauhan mereka terjadi setelah satu detik usai menarikan tarian yang sudah latihan sekitar 4 bulan tersebut. Penari kerauhan dimulai dari arah barat kemudian menyebar ke arah timur. Hal itu pun membuat penonton dan petugas krodit untuk mengamankan para penari yang kerauhan. Disamping ribuan penonton hadir memenuhi arel DTW Tanah Lot. Sehingga membuat gerak tidak leluasa.

    Baca Juga:  Atasi Stunting 'Berkunjung dan Berbagi', Rai Wahyuni Sanjaya Berkolaborasi dengan Penjabat Ketua TP PKK Provinsi Bali

    Sebagian besar para penari yang kerauhkan dibawa ke Pura Penyawangan Pura Tanah Lot. Mereka diperciki tirta oleh sejumlah pemangku pura Tanah Lot. Hanya saja sebagian dari mereka yang sudah sadar kembali menangis. Ada yang menari ada pula yang berteriak histeris. Kondisi ini pun masih berlangsung sekitar pukul 19.00 Wita atau satu jam selesainya tarian dipentaskan.

    Salah satu penari yang mengalami kerauhan, Ni Kadek Hera siswa SMPN 1 Selemadeg Barat. Ia mengatakan sebenarnya tidak merasakan apapun. Tiba-tiba saja ingin berterik. “Tiba-tiba saja ingin berteriak,” ujarnya saat sudah tenang.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan Gandeng Bulog, Siapkan 32 Ton untuk Operasi Pasar

    Ditambahkan Hera ia sudah persiapan sekitar pukul 05.30 Wita. Dan berangkat dari Selemadeg Barat ke DTW Tanah Lot sekitar secara bersama-sama dengan rekan yang lain. “Saya persiapan sekitar sudah pagi. Sekarang sudah merasa tenang,” jelasnya.

    Sementara itu Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti mengatakan wajar terjadi karena tarian sakral. Kalau satu kerauhan pasti akan menyebar ke lain. Dan kejadian ini sudah ditangani oleh 400 Siwa Murti yang ditugaskan. “Wajar karena tarian sakral,” ujarnya Bupati Eka.

    Pantuan dilapangan penari yang tidak kerauhan mereka dipisahkan menjauh dari yang kerauhan. Lalu mereka ada yang langsung dibawa pulang. Sementara penari yang lemas mereka ditenangkan oleh sejumlah petugas dan orang tua mereka yang mengantar. (*KB).

    Back to top button

    Berita ini dilindungi