GianyarSeni Budaya

Minggu, 23 Juni 2019, Arja Klasik Peliatan Ubud Tampil di Kalangan Ayodya

    GIANYAR, Kilasbali.com – Kesenian arja  klasik khas Peliatan, Ubud akan tampil di Panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke 41, di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Bali, Denpasar, Minggu (23/6/2019) malam. Adalah Sanggar Gamelan  Suling Gita Semara, dipercaya sebagai Duta Kabupaten Gianyar untuk membawakan kesenian  hasil rekontruksi Arja Klasik di panggung PKB tahun ini.

     

    Koodinator Gita Semara I Wayan Sudiarsa alias Pacet , menjelaskan kesenian arja klasik di Peliatan, Ubud, Gianyar , salah satu kesenian yang memiliki perjalanan cukup panjang selain dikenal dengan kekhasan palegongan. Desa Peliatan memiliki ragam kesenian yang adiluhung. Hal itu menjadi sebuah cerminan dari aktivitas berkesenian masyarakat dan kreatifitas seniman Peliatan yang begitu dinamis dan progresif.

     

    “Selain Tari Legong gaya Peliatan, juga terdapat kesenian Arja klasik dimana pada periode tahun 1940-1990 an yang digawangi oleh Alm. I Made Lebah, Alm. I Gusti Putu Oka dan Alm. I Gusti Putu Layar sebagai generasi pertama yang kemudian dilanjutkan oleh Cokorda Alit Hendrawan, I Dewa Nyoman Sura, Alm. I Gusti Ketut Karta dan kawan-kawan sebagai generasi kedua yang  menjadi salah satu group Arja yang digandrungi masyarakat Bali pada masanya,” jelas Pacet saat ditemui di Ubud, Gianyar, Sabtu (22/6/2019).

     

    Baca Juga:  Cek Pelayanan ‘Prima’ Kantor Samsat, Kapolres Gianyar: Jangan Persulit Masyarakat

    Ia mengatakan, aktifitas berkesenian masyarakat Peliatan bukan hanya sebatas lelaku saja, namun juga masuk ke ranah penciptaan seni dalam pergaulan kreator seni pertunjukan antar daerah di Bali bahkan luar Bali.  “Khususnya kesenian Arja, seniman Peliatan menjalin mitra kreatif dengan seniman-seniman besar asal Singapadu, seperti; Alm. Cokorda Oka Tublen, Alm. I Wayan Geria dan Alm. I Made Kredek,” ungkapnya.

     

    Kejayaan Arja pada masanya, menjadi memori yang tiada dua dalam perkembangan seni saat ini. Kata Pacet,  Arja merupakan salah satu bentuk kesenian rakyat yang bercerita tentang kisah Panji, yang mana dalam alur ceritanya selalu terselip pesan-pesan kebijaksanaan, inti sari dari karya sastra dan lagu. Namun, dalam perkembangannya, kesenian Arja mengalami pasang surut sampai pada titik dimana generasinya tidak lagi menjadikan kesenian Arja sebagai bentuk kesenian yang popular. ” Oleh karena itu dalam pelestariannya terkendala kurang menariknya kesenian Arja untuk dipelajari lantaran susah dan pakem yang mengikat,” tandasnya.

    Baca Juga:  Menghilang Empat Hari, Pria Ini Ditemukan Tak Bernyawa di Saluran Irigasi

     

    Lebih lanjut, pria asal Pemuatan Ubud yang juga  dosen Universitas Hindu ( Unhi) ini menyatakan Gamelan Suling Gita Semara sebagai sebuah sanggar seni yang lahir dan terbentuk di Desa Peliatan, merasa bertanggung jawab atas lestarinya kesenian Arja yang mana pada masanya menjadi sebuah kesenian cerminan karakter masyarakat Peliatan.

     

    “Dengan proses yang Panjang, Gamelan Suling Gita Semara belajar kesenian Arja mulai dari gending/tabuh yang akrab disebut Geguntangan kepada maestro-maestro tabuh Geguntangan diantaranya Cokorda Alit Hendrawan, Dewa Nyoman Sura, dan Alm. Gusti Ketut Karta,” bebernya.

     

    Dan akhirnya, dalam perjalanan prosesnya sampailah pada sebuah kesempatan untuk dapat merekonstruksi Arja Klasik Peliatan dengan ditunjuk oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar sebagai Duta Arja Klasik dalam Pesta Kesenian Bali yang ke-41 tahun 2019. “Kesempatan yang baik ini dijadikan sebagai tonggak awal dalam melanjutkan kesenian Arja Klasik Peliatan,” cetusnya.

     

    Dengan dasar ketulusan dan doa, berharap kesenian adiluhung karya leluhur dapat dilestarikan dan kembali digandrungi oleh masyarakat utamanya generasi muda. Mengikuti jejak leluhur terdahulu bahwa adanya hubungan istimewa antara Peliatan dan Singapadu dalam merajut ide maupun konsep dan menyamakan pikiran serta rasa untuk terciptanya sebuah kesenian yang mengandung nilai serta makna, Gamelan Suling Gita Semara turut mengundang seniman Arja Singapadu yaitu Ni Nyoman Candri (putri dari Alm. I Made Kredek seniman Arja) dan I Ketut Kodi (putra dari Alm. I Wayan Tangguh seniman topeng dan sangging) untuk melatih para penari Arja Klasik dan sama-sama bersinergi dalam mewujudkan kesenian Arja Klasik yang lestari.

     

    Baca Juga:  Tradisi Melasti Se-Desa Adat Blahbatuh

    Dalam prosesnya, Prof. I Wayan Dibia (putra dari Alm. I Wayan Geria seniman Arja) juga ikut mendampingi dan berbagi pengalaman estetik kepada para penari dan penabuh. Sebagian besar para penari Arja berasal dari Desa Singapadu sedangkan penabuh Arja dari Desa Peliatan. “Dengan demikian, diharapkan hubungan para kreator terdahulu dapat disambung kembali dan proses perjalanan rekonstruksi Arja Klasik mendapatkan restu dari para leluhur terdahulu,” harapnya. (jus/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi