DENPASAR, Kilasbali.com – Pergantian tahun baru Caka atau yang disebut Nyepi, adalah momentum yang tepat untuk intropeksi diri. Hal tersebut dikatakan salah satu tokoh muda asal Denpasar, Gede Muliawan Arya.
Menurutnya, inilah yang membedakan pergantian tahun Caka dengan tahun baru lainnya yang biasanya dirayakan dengan meriah. Nyepi itu dilakukan dengan menyepi.
“Mari kita jadikan Nyepi untuk mulat sarire, merenungkan sejenak apa yang kita telah perbuat selama ini,” kata pria yang akrab disapa De Gadjah ini di Denpasar, Selasa (5/3/2019).
Dalam kesempatan ini, pihaknya juga mengajak seluruh warga Bali yang beragama Hindu untuk menjalankan penyepian dengan mentaati Catur Brata Penyepian.
Yakni: Amati Geni, artinya tidak boleh menyalakan api atau tidak diijinkan menyalakan lampu. Amati Karya, tidak boleh beraktifitas atau bekerja.
Amati Lelungan, artinya tidak boleh bepergian keluar rumah. Dan Amati Lelanguan, artinya tidak boleh bersenang-senang.
“Sebagai umat Hindu, mari kita jalankan Nyepi dengan khusyuk, dan menjadi contoh yang baik bagi umat lain yang ada di Bali,” tandasnya. (jus*/kb)