DenpasarPendidikanTokoh

Pandemi, Wabah dan Anugerah

    DENPASAR, Kilasbali.com – Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat Bali khususnya yang berkecimpung di dunia pariwisata tidak hanya harus mengencangkan ‘ikat pinggang’, akan tetapi ‘menyingsingkan lengan baju’ bertahan menghadapi wabah yang tak tahu kapan akan berakhir ini.

    Setahun lebih empat bulan sejak kasus pertama terjadi, tepatnya 11 Maret 2020 pasien pertama terpapar Covid-19 ditemukan di Bali. Hingga kini, kendatipun melandai paparan virus Sars-CoV-2 masih terjadi.

    Masyarakat Bali pun semakin cerdas dalam menyiasati dampak pandemi ini. Mereka yang sebelumnya berkecimpung di tengah ‘gemerincing dolar’ tidak serta merta duduk diam larut dalam kesedihan dan. berpangku tangan menunggu uluran bantuan.

    Mereka ‘banting setir’ mencoba segala cara, beralih profesi lain. Ada yang menjadi petani, nelayan, hingga berdagang mencoba peruntungan sembari berdoa memohon badai ini segera berlalu.

    Baca Juga:  Inflasi Tabanan Naik Jadi 3,78 Persen, Bupati Sanjaya Instruksikan Operasi Pasar Reguler

    Rektor ITB STIKOM Bali, Dadang Hermawan angkat bicara menyikapi pandemi ini. Kata dia, pandemi menjadi bahan intropeksi diri. Dia memandang dua sisi, pandemi tidak hanya sebagai musibah akan tetapi juga anugerah.

    Kata dia, adanya pandemi ini mempercepat paradigma berpikir masyarakat untuk segera beralih ke IT. Beralih ke digitalisasi. “Yang sudah merasakan sekarang ini kan marketplace, platform digital yang menawarkan berbagai produk,” katanya di Denpasar, Jumat (21/5/2021).

    Rektor ITB STIKOM Bali Dadang Hermawan

    Dia menuturkan, banyak alumni STIKOM yang kini merasakan dampak positif dari adanya pandemi. “Ada yang kerja di Jepang dan juga di Jerman, tapi bekerja dari Bali. Gaji mereka juga lumayan, hingga belasan juta rupiah,” tuturnya.

    Baca Juga:  Sekda Bali Tekankan Satpol Pendekatan Humanis dalam Menegakkan Peraturan

    Dadang Hermawan menjelaskan, saat ini aktivitas masyarakat dalam menjalankan administrasi tidak harus bertemu langsung. Mereka kini memanfaatkan IT, bertemu dan berkomunikasi melalui dunia digital, lewat zoom, WhatsApp dan platform digital lainnya.

    “Jadi lebih mudah sekarang jika memanfaatkan IT, kirim lamaran melalui WhatsApp, diterima kemudian langsung kerja. Saya yakin pasti banyak hal-hal seperti ini yang berkembang di tengah pandemi,” bebernya.

    Contoh nyata dan sederhana yang bisa dilihat di Bali, lanjut dia, yaitu pemanfaatan media sosial untuk berjualan. “Jadi perkembangan sekarang ke arah IT. Masyarakat saat ini menjadikan IT sebagai salah satu ‘sembako’. Kebutuhan pokok yang kesepuluh,” ujaranya.

    Baca Juga:  Tahun Ini Tabanan Kebagian Program Digital Talent Scholarship

    Dadang juga menyinggung terkait banyaknya masyarakat yang berkecimpung di industri pariwisata kini terpaksa dirumahkan karena sepinya wisatawan mancanegara yang berlibur ke Bali.

    Namun, lanjut dia, berbeda dengan orang-orang IT yang saat ini malah mendapatkan berkah. “Melihat peluang yang begitu besar, jadi menurut saya sebaiknya segera beralih IT,” tandasnya. (jus/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi