Seni BudayaTabanan

Puri Anom Gelar Solo Painting Exhibition “Line Dance”, Karya I Ketut Suasana “Kabul”

    TABANAN, Kilasbali.com – Untuk kesekian kalinya Puri Anom Tabanan menyelenggarakan berbagai aktivitas seni dan budaya mulai dari lomba tari, mewarnai, menggambar, peragaan busana adat ke pura, fotografi dll. Nah masih terkait dengan bingkai seni, dalam waktu dekat ini puri yang terletak di Jl. Gunung Agung No. 5, Dajan Peken, Tabanan tersebut bakal menggelar pameran lukisan tunggal karya pelukis ternama I Ketut Suasana (42) yang akrab disapa “Kabul”. Pameran ini bertajuk Solo Painting Exhibition – LINE DANCE menampilkan belasan lukisan figuratif yang mempesona akan dibuka pada hari Minggu (9/2/2020) pagi.

    Tokoh Muda Tabanan asal Puri Anom, AA. Ngurah Panji Astika, ST., selaku penyelenggara sekaligus tuan rumah acara menuturkan puri atau istana sejak jaman kerajaan memiliki tempat terhormat dalam strata kehidupan sosial Bali. Ruang di dalamnya juga memiliki dimensi sakral dan profan. Keterhubungan dan kerjasama dengan kalangan seniman baik itu seniman ukir, seniman wadah, seniman arsitektur bangunan begitu erat sejak jaman kerajaan lampau hingga era modern ini.

    “Karya-karya arsitektur dan dekorasi di dalam puri juga lahir dari cipta, rasa dan karsa yang tinggi dari para seniman yang memiliki posisi terhormat pada zamannya. Dilahirkan dari tangan-tangan para sangging dan undagi tersohor yang dipilih oleh pihak puri terutama oleh Raja,” jelasnya, Kamis (6/2/2019) sore.

    Turah Panji begitu panggilan akrabnya juga mengisahkan beberapa seniman yang hebat pada masanya seperti sosok Sangging Prabangkara yang melegenda masa Dalem Waturenggong, Sangging Modara abad ke-18 di Puri Klungkung, sangging dari golongan Brahmana Ida Pendanda Sidemen di Sanur dan sangging serta undagi abad ke-20, I Gusti Nyoman Lempad dari Ubud Gianyar. Lempad adalah seniman yang tersohor di seluruh dunia dengan kekuatan garisnya.

    Acara ini menurut Panji Astika, figur yang digadang-gadang sebagai calon Bupati Tabanan pada Pilkada 2020 tersebut sejalan dengan visi Ngardi Loka Hita Tabanan. Istilah ini digunakan untuk menunjukkan sebuah cita-cita dunia yang harmonis, bahagia, sejahtera, yang dicapai melalui karma dharma dan implementasi hubungan harmonis antara Tuhan, Manusia dan Alam.

    “Loka Hita berasal dari dua kata secara leksikal yakni Loka dan Hita. Loka berarti tempat, dunia, jagat baik itu melingkupi makro dan mikro, sementara Hita dalam bahasa Sansekerta berarti keharmonisan, kebahagiaan, keselarasan. Kata “Hita” juga diadopsi dalam satu mantra Tri Sandya yakni sarvapràni hitankara, keharmonisan, perlindungan semua makhluk di dunia. Istilah Loka Hita diadopsi dan diadaptasi sebagai sebuah akronim, menjadi bermakna Satu Loka, Satu Cita, Mewujudkan Tabanan yang Anandam (Kebahagiaan Sejati),” urai Tokoh Budaya Tabanan ini bersemangat.

    Ketua Umum Pelestari Budaya Tabanan (FPBT) ini kembali menegaskan untuk meneruskan tradisi yang telah lama terjalin tersebut Puri Anom Tabanan kini bekerjasama dengan perupa Bali menggelar sebuah projek pameran berjudul “LINE DANCE” (Perupa Mengintepretasi Cultural Heritage).

    “Sekarang kami mengundang dan memfasilitasi pelukis muda berbakat seperti sosok Kabul menggelar pameran lukisan tunggal di sini. Demi mendukung projek ini, pihak penyelenggara secara proaktif menjalin kerjasama dengan pelaku pariwisata Bali, asosiasi pariwisata, biro perjalanan (travel agent) dan pihak-pihak terkait. Guna menjadikan projek ini sebagai sebuah destinasi alternatif bagi model pengembangan pariwisata yang berbasis nilai budaya,” paparnya.

    Sementara itu, Kabul mengutarakan pameran lukisannya digelar atas dasar kegelisahannya dalam berkarya untuk menghasilkan visualisasi eksotis dari inspirasi dan eksplorasinya selama ini. Semua gagasan menurutnya menarasikan riak kehidupan dan menuangkannya di atas kanvas. Semua berawal dan tercipta dari lekukan dan tarian garis (Line Dance).

    “Melukis bagi saya adalah berkarya dan selalu berkarya. Menggores garis dan mengikuti iramanya hingga melewati batas imajinasi. Dari garis terbentuk gagasan dan mengeksplorasinya sebagai elemen yang dominan. Lukisan figuratif kontemporer yang akan saya tampilkan kali ini jumlahnya sekitar 15 buah. Saya berkeinginan kuat mengambil lokasi di Tabanan karena supaya pernah berpameran di tanah kelahiran. Sebelumnya saya sudah sering berpameran di berbagai tempat dan event di luar,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Peletakan Batu Pertama Pembangunan GKPB Dalung, Giri Prasta: Berbagi dengan Semua Umat

     

    KURATORIAL

    Tarian Garis, Tarian Alam Ketut Suasana

    Oleh : I Made Susanta Dwitanaya

    Garis adalah elemen yang esensial dalam sebuah karya visual dwimatra. Garis, matra dasar yang terkontruksi dari titik yang saling terhubung. Ia adalah muasal , ia adalah guratan pertama pembentuk segala imaji yang menubuh menjadi rupa . Garis adalah titik berangkat menuju penuangan gagasan-gagasan seniman dalam menghadirkan karyanya. Garis dengan segala karakteristiknya terkadang dapat menjadi ungkapan dari apa yang ada di dalam ruang ruang batin seniman. Garis juga adalah jejak dari diri seniman dalam karyanya.

    I Ketut Suasana atau yang akrab disapa Kabul, menghadirkan karya-karya lukis dengan menghadirkan eksplorasi garis yang dominan. Secara visual tampak bahwa Kabul memperlakukan garis sebagai elemen yang penting dalam karya-karyanya. Melalui permainan dan eksplorasi garisnya Kabul seperti sedang menari nari dalam panggung kanvasnya. Tarian garis itu membentuk dunianya sendiri. Dunia gagasan yang sedang Ia tuangkan melalui garis. Pada tataran ini kita melihat persoalan irama, kita melihat persoalan komposisi kita melihat persoalan garis itu sendiri.

    Garis garis dalam karya Kabul berirama dan berkonfigurasi mengkontruksi berbagai bentuk seperti pohon, lebah dan lain sebagainya. Lebah dan pohon adalah dua objek yang kerap muncul dalam karya karya Kabul. Kehadiran objek ini selain menjadi titik berangkat Kabul dalam mengeksplorasi garisnya juga merupakan cara Kabul dalam memenuhi kebutuhan gagasan untuk menghadirkan pernyataan-pernyataan di luar persoalan kebentukan itu sendiri.

    Lebah dan Pohon. Dua objek ini mengandung muatan semiotik tertentu tertentu dalam pandangan Kabul. Khususnya lebah yang merupakan objek yang khusuk dieksplorasi oleh perupa muda ini. Lebah adalah sebuah objek yang secara denotatif merupakan serangga dengan sengatan yang menyakitkan namun menghasilkan madu yang manis. Secara konotatif Kabul melihat lebah adalah simbol dualitas yang selalu ada di alam semesta karena dalam tubuh lebah terdapat zat yang bisa memproduksi madu sekaligus racun melalui sengatan-sengatannya.

    Madu yang dihasilkan lebah sangat berguna untuk kesehatan, tapi disatu sisi jika lebah merasa terancam dan terusik ia bisa menyengat dan sengatan tersebut mengandung racun yang bisa membuat korban yang disengatnya menjadi bengkak. Begitu pula alam bagi Kabul, alam bisa sangat bersahabat dengan manusia, memberi pangan dan kehidupan namun di satu sisi jika kita merusak alam maka alam bisa memberi kita bencana yang menghancurkan.

    Kebutuhan Kabul dalam menghadirkan garis dalam karyanya beranyam antara kebutuhan visual dan artistik dengan kebutuhan membangun pernyataan. Garis-garis Kabul menari secara luwes diantara dua pilihan kreativitas tersebut. Garis garis Kabul menari-nari seirama dengan gagasannya yang tertarik pada persoalan alam. Lihatlah pada sebagian besar karya-karyanya kita akan melihat bagaimana Kabul menarasikan alam.

    Baca Juga:  Saksikan "Pokémon Regional League 2023-24 Indonesia Vol.3" di Bali

    Pada karya yang berjudul Back To Nature #1 dan #2 kita menyimak bagaimana Kabul mencoba menarasikan alam di tengah kehidupan yang semakin mengarah pada kehidupan yang serba industrial. Gedung-gedung beton yang dilukis secara siluet dan terlihat kaku dan statis dikontraskan dengan pohon-pohon dan lebah yang dilukis dengan garis garis yang dinamis. Dari judul dan pilihan objek tersebut kita dapat menangkap pernyataan apa yang hendak dibangun Kabul melalui dua karya ini. Pernyataan tentang pentingnya kesadaran ekologis di tengah- tengah kehidupan yang serba industrial yang terkadang tanpa sadar kita telah menjadi bagian dari proses perusakan dan eksplorasi alam secara berlebih.

    Pada karya-karyanya yang lain, alam tetap menjadi subject matter dalam karya Kabul, namun bukan dalam rangka membangun pernyataan yang kontekstual terhadap isu-isu tentang persoalan alam di luar konteks artistik. Lihat misalnya dalam Spirit Of Mountain #1 dan #2, Jatiluwih #1, #2 dan #3, Gunung Emas. Sangat terlihat bagaimana ketertarikan Kabul menghadirkan objek objek seperti gunung, dan hamparan sawah Jatiluwih dan repetisi objek lebah dalam rangka menghadirkan eksplorasi-eksplorasi artistik. Persoalan-persoalan seperti komposisi, ruang, konfigurasi, irama tampak lebih dominan dalam karya-karya ini ketimbang persoalan konteks diluar persoalan visual. Perhatian kita akan lebih tertuju pada persoalan-persoalan artistik itu.

    Demikianlah sekelumit pembacaan saya atas apa yang ditampilkan Kabul melalui karya-karyanya dalam pameran tunggalnya kali ini. Kabul adalah perupa muda yang khusuk tertarik pada eksplorasi terhadap tema-tema alam dalam karyanya yang ia tuangkan dalam garis dalam pilihan pilihan objeknya. Tarian garis Kabul adalah tariannya tentang alam. Gagasannya bergulat pada dua hal menghadirkan muatan muatan simbolik dan menampilkan eksplorasi artistik. Garis-garis Kabul, menari dalam dua wilayah itu.

    Sebagai catatan, I Ketut Suasana alias “Kabul” lahir di Banjar Apuan, Desa Apuan, Kec. Baturiti Tabanan, 30 Desember 1978. Latar belakang pendidikannya di SMSR Negeri Denpasar dan ISI Denpasar. Studionya terletak di Banjar Apuan, Desa Apuan, Baturiti, Tabanan, Bali.

    PENGALAMAN PAMERAN

    SOLO EXHIBITION

    2009 “Suasana Lebah” at Sudana Gallery, Ubud, Bali.

    2010 “Suhu Lebah” Instalasi & Painting at Maha Art Gallery, Renon, Bali

    2020 “Line Dance” at Puri Anom, Tabanan, Bali.

    GROUP EXHIBITION

    -2003 Present 03, at RRI Denpasar, Bali.

    -Present 03, at Putri Hotel, Nusa Dua, Bali.

    -2004 Karya Kita, Angkatan 03 ISI Denpasar at Museum Sidik Jari, Denpasar, Bali

    -Bali TV, Denpasar, Bali

    -Lukis Layang – layang, at Guet Gallery, Sanur, Bali

    -Museum Layang -layang Jakarta, Guet Gallery at Jakarta

    -2005 Lawar Art 03, at Massary Gallery, Peliatan, Ubud, Bali

    -2006 Reflection of Inner Beauty, New Year 2006, at RRI Denpasar, Bali

    -Between Repetition and Deconstruction, at Perpustakaan & Arsip Kota Malang, Indonesia

    -2007 Tahu Isi, at Kampus ISI Denpasar, Bali.

    -Mural Painting “Maut Seru”, at Undhiksa, Singaraja, Bali

    -Art Installation, Temperatur Art at Kampus ISI Denpasar, Bali

    -2008 “Pesta Instalasi Solidaritas Seni” Piss = Peace at Kampus ISI Denpasar, Bali

    Baca Juga:  Penyineban Karya IBTK Tahun 2024, Pj Gubernur Bali Nuek Bagia Pula Kerti

    -Body Painting, Sanur Village Festival, at Sanur, Bali

    -2009 Art Painting Demo, Imlek 2560 at RRI Denpasar, Bali

    -2010 Tanah Lot Art Festival 2010, at Tabanan, Bali

    -2013 10 Pelukis Bali di Jakarta, at

    Museum SENI RUPA dan KERAMIK, Jakarta.

    – “Jakarta :10 Perupa + 1 Penyair”, at Paros Gallery, Sukawati, Bali.

    -Art Fair 2013 “ BALI ON THE MOVE” , at Bali.

    -INSTALASI “TANAH AIR”, at Mepantigan, Batubulan, Bali.

    – “OUT OF FRAME” at Maha Art Gallery, Denpasar, Bali.

    -“KUTA ART CHROMATIC” at Kuta, Bali.

    2014 PAMERAN BESAR SENI RUPA SE-INDONESIA,”SUARA NUSA” at Papua, Indonesia.

    -Lengkawi Art Bhinnale 2014, “MIGRATION”, at Langkawi, Malaysia.

    -2015 Art Exchange Indonesia – Malaysia – Philippine “ SAMA SAMA “ at Bentara Budaya Bali.

    -“BREAKTHROUGH” Artiseri Gallery, at Seri Pacific Hotel, Kuala Lumpur, Malaysia.

    -Millitant Art “Ulu Teben”, at Bentara Budaya, Bali.

    -Paintings & Sculptures, “OFFRING’S” at Setiadarma House Of Masks & Puppet Mas Ubud, Bali.

    -“ART OF LIFE” at Six Point, Sanur, Denpasar, Bali.

    -“CHRONOTOPE” Rich Stone at Kuta, Denpasar, Bali.

    -2016 “Militant Art For Happiness” at CLC Art Space, Kerobokan Kuta utara, Bali.

    -“Tatwam Asi “ Ubud Writer 2016, Ubud Bali.

    -Imago Mundi “ Island of the Immigration” at Bentara Budaya, Bali.

    -Imago Mundi “Island of the Immigration” at Bentara Budaya, Jogjakarta.

    – “Amazing Things “ at Lv-8 Hotel Canggu, Bali.

    -2017 Imago Mundi “Island of the Immigration” at Bentara Budaya, Jakarta.

    -B to B Bali Batu at Raos Gallery, Batu Malang, Surabaya.

    -Militant Art , “A T U H” at Griya Santrian, Sanur, Bali.

    -Membumi, at Restu Bumi Gallery, Sanggingan, Ubud, Bali.

    -B to B at Komaneka Fine Art Gallery, Ubud, Bali.

    -2018 Millitant Art “ SPIRIT of NATURE” at Breeze Art Space, Jakarta.

    -2019 Millitant Art “ERUPTION” at Raos Gallery Batu, Malang Surabaya.

    -Perupa Tabanan “NGEWIWIT” at Museum Subak, Tabanan, Bali.

    -Festival Pasar Badung, Denpasar, Bali.

     

    PERFORMANCE ART

    -2005 Performance Art “Lawar Art 03” at Massary Gallery, Peliatan Ubud, Bali.

    -2007 Performance Art “Kenyem Ngeles Celana” Tahu ISI, at Kampus ISI Denpasar. Bali.

    -Performance Art “Maut Seru” at Kampus Undiksa Singaraja. Bali.

    -2009 Performance Art “ LINGGA “ at RRI Denpasar, Bali.

    -Performance Art “ Maut Seru” at Kampus Undiksa Singaraja, Bali.

    -2010 Performance Art kolaborasi “PEKARANGAN TUBUHKU” launching buku I Wayan Sunarta (Jengki), at Museum Sidik Jari, Denpasar, Bali.

    -2013 Performance Art “ROH “ at Mepantigan Batubulan, Bali.

    -2014 Performence Art Kolaborasi “Dream ,Drim “ at Langkawi Art Binnale, Malaysia.

    -2015 Performence Art. Kolaborasi “Offerings to the Wolrd” Sama Sama, Indonesia – Malaysia – Philipina at Bentara Budaya Bali. Denpasar, Bali.

    -Performence Art. Kolaborasi “SILENCE OF NATURE “, at Patio Art Gallery, Lovina, Singaraja Bali.

    -Performance Art. Kolaborasi “Window Of The Soul”, at Patio Art Gallery, Lovina – Singaraja Bali.

    -2018 Perfomance Art. Kolaborasi “CELENG NGELUMBAR”, Ujian Doktor I Wayan Setem at Galian C, Karangasem, Bali.

    -Perfomance Art Kolaborasi “Japuik Taboa” at Bentara Budaya Bali.

    -2020 Perfomance Art “TAXIDI 18”, at Bidadari Gallery Ubud Bali.

    (*/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi