Denpasar

Tinggal di Rantau, Entil Jadi Obat Rindu Saat Nyepi Bagi Warga Desa Wongaya Gede

    DENPASAR, Kilasbali.com – Bagi warga Desa Wongaya Gede yang terletak di lembah Gunung Batukaru, Hari Raya Nyepi selain identik dengan perayaan pawai Ogoh-ogoh pada pengerupukan juga identik dengan makanan khasnya yaitu Entil.

    Tak hanya di daerah asalnya, warga Desa Wongaya Gede yang tinggal di rantau pun tetap membuat Entil saat menyambut Hari Raya Nyepi untuk mengobati rasa rindu dengan kampung halaman, bila tidak sempat untuk pulang ke Desa Wongaya Gede.

    Entil boleh dibilang makanan sejenis ketupat. Kuliner tradisional ini hanya bisa ditemui pada saat Hari Raya Nyepi di Desa Wongaya Gede, Kabupaten Penebel, Tabanan.

    Entil dibuat dari beras yang dibungkus daun yang konon katanya hanya ada di wilayah Desa Wongaya Gede saja, yaitu daun telengidi

    Baca Juga:  Peringatan Weton sebagai Ungkapan Rasa Syukur

    Dengan dibungkus memakai daun telengidi menyebabkan Entil berwarna hijau karena zat hijau daun yang meresap dan rasanya pun menjadi lebih nikmat.

    Membuat Entil membutuhkan waktu cukup lama sekitar 2 sampai 3 jam. Dengan proses pemasakan yang lama, membuat entil mampu bertahan hingga beberapa hari.

    Entil biasanya dibuat pada pagi hari saat hari pengerupukan. Hal ini karena pada saat Hari Nyepi tidak boleh menyalakan api atau Amati Gni.

    Baca Juga:  ASN Se-Bali Diminta Jaga Netralitas Pemilu

    Membuat Entil juga menjadi kebiasaan warga Desa Wongaya Gede yang ada di rantauan. Keluarga Gede Kusuma Wijaya yang tinggal di wilayah Sanur, Denpasar, misalnya.

    Istri Gede Kusuma Wijaya yakni Wayan Sartini, rutin membuat Entil setiap Hari Nyepi. Dirinya juga menggunakan bahan baku yang diambil khusus di Desa Wongaya Gede.

    “Setiap Nyepi saya selalu membuat Entil. Bahan baku seperti daun telengedi saya ambil di Eongaya,” ucapnya.

    Baca Juga:  Peletakan Batu Pertama Pembangunan GKPB Dalung, Giri Prasta: Berbagi dengan Semua Umat

    Menurut Sartini, Entil pada saat Hari Nyepi adalah salah satu tradisi yang harus dilestarikan meskipun ia dan keluarganya tinggal di rantau.

    “Entil ini salah satu identitas kami,kalau kami dari Wongaya Gede. Membuat entil ini mengobati rasa kangen kami akan kampung halaman,” pungkasnya.(sgt/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi