GianyarPariwisata

Ubud Semrawut?

    GIANYAR, Kilasbali.com – Dalam satu dekade Ubud berturut-turut masuk sebagai kota terbaik dunia di jagat pelancongan. Namun sayang, Catus Pata Ubud yang menjadi bagian wajah Kota Ubud justru kini terlihat “Resem” (Semrawut dan Kumuh).

    Menimpali Proyek Renovasi Pasar Ubud, sepanjang hari pedagang pun menyembul di setiap sudut. Kondisi ini pula membuat Warga Ubud gerah, dan berharap tindakan tegas Pemkab Gianyar .

    I Wayan Roja (65), salah seorang warga sepuh di Ubud, Kamis (4/8), menyebutkan, melihat pusat kota yang resem ini seakan ada pembiaran. Kondisi ini malah dinilai sangat kontradiktif dengan gambaran tentang Ubud yang selama ini.

    “Ubud adalah kota terbaik yang disematkan oleh para traveler dunia. Alangkah malunya jika wisatawan melihat kondisi Ubud sekarang ini. Sangat malu kita jika wisatawannya komplain dengan kekumuhan ini,” ungkapnya.

    Disebutkan, setelah dua tahun mati suri lantaran Covid-19, warga dan para pengusaha di Ubud, kini mulai ada harapan baru. Namun sayang, kekumuhan Ubud kini justru semakin melebar. Tidak hanya lantaran Kondisi proyek renovasi pasar yang konon berganti kontraktor hingga ada pemasangan police line.

    Baca Juga:  Polisi Diminta Usut Tuntas Tewasnya Warga NTT di Gianyar

    Disebutkan, dari pagi, luberan pedagang pagi, yang merupakan pecahan pedagang Pasar Ubud ditambah pedagang pendatang baru mendominasi berjejer dari Simpang Arjuna Peliatan menuju Catus Pata Ubud terlihat seperti pasar Tumpah. Belum lagi luberan pedagang di Jalan Suweta, Jalan Kajeng serta sudut-sudut lainnya.

    Sementara di siang hari, keberadaan pedagang sembako dan kebutuhan sehari-hari ini digantikan oleh pedagang seni dan kerajinan yang lagi-lagi memilih tempat berjualan secara liar. “Diperparah lagi dengan pedagang bermobil yang menambah lengkap Ubud ini menjadi resem seperti sekarang ini,” keluhnya.

    Atas kondisi ini, Roja mengaku warga Ubud tidak bisa berbuat banyak. Karena penataan ataupun penertiban adalah kewenangan dari Pemkab Gianyar. Untuk itu, sembari proyek renovasi Pasar Ubud ini berproses, ketertiban, keasrian serta kenyamanan kawasan Ubud diharapkan tetap terjaga.

    Baca Juga:  Sempat Jaya pada Era 1980an, Kerajinan Perak Desa Celuk Ditinggal Generasi Muda

    “Aktivitas wisata kini mulai berdenyut. Namun jika Ubud dalam kondisi sekarang, apakah Ubud masih menjadi salah satu Kota Terbaik dunia!” sanksinya.

    Tidak hanya warga Ubud, Pimpinan DPRD Gianyar juga menyayang kondisi ini, Wakil Ketua DPRD Gianyar, Ida Bagus Gaga Adi Saputra sangat menyayangkan terjadinya masalah pemutusan kontrak kerja atas revitalisasi Pasar Ubud. “Saya tidak dalam posisi menyalahkan pihak manapun, namun satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ada hal yang tidak beres, dan itu patut menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar kedepan kasus serupa tidak terjadi lagi,” sorotnya.

    Pihaknya berharap masalah ini segera dicarikan win win solution, agar Revitalisasi Pasar Ubud ini bisa segera dilaksanakan sesuai batas waktu yang telah ditentukan.

    Pihaknya khawatir jika masalah ini menjadi berlarut maka berlarut pula kekumuhan di Ubud. Para pedagang pasar yang kini harus berpencar menjadi pihak paling dirugikan jika Revitalisasi Pasar itu tidak terselesaikan sebagaimana mestinya.

    Baca Juga:  Tradisi Akulturasi Budaya dan Agama saat Piodalan Cong Poo Kong Bio 

    “Ubud berturut-turut meraih predikat Kota Wisata terbaik Dunia, dan pasar Ubud menjadi salah satu pasar tradisional yang sangat diminati oleh wisatawan untuk dikunjungi. Tentu menjadi tidak elok jika di jantung kota Ubud ini ada proyek yg bermasalah, apalagi sampai mangkrak.

    Tambahnya, tak kalah pentingnya adalah jangan sampai DAK yang telah didapat, menjadi sia-sia dan itu akan berdampak pada kepercayaan Pemerintah Pusat kepada Kabupaten Gianyar kedepannya.

    Oleh karenanya, pihaknya berharap pihak Pemkab segera mencari win win solution, agar Proyek Revitalisasi Pasar Ubud bisa diselesaikan sebagaimana mestinya. (ina/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi