News UpdateSeni BudayaSosial

‘Kelabang Mantri’, Diplomasi Sertu Sumerta BKO di Papua Barat

    GIANYAR, Kilasbali.com – Menjalani penugasan Bawah Kendali Operasi (BKO) di Papua Barat, langkah pendekatan diplomasi yang dilaksanakan oleh prajurit asal Gianyar ini patut diacungi jempol.

    Tidak muluk-muluk hanya berbekal kemampuan menganyam daun kelapa (kelabang mantri), justru mendapat apresiasi luas hingga hubungan TNI dengan masyarakat semakin dekat dan bersinergi.

    Dari keterangan yang diterima, Sertu I Wayan Sumerta adalah anggota koramil 16-04 Blahbatuh, Kodim 1616 Gianyar. Selama 13 bulan Sumerta menjalani tugas BKO di distrik Kwoor, Kabupaten Tambrauw, Provinsi Papua Barat.

    Dalam tugasnya yang terbilang singkat itu, pria asal Banjar Roban, Bitera Gianyar ini  dengan efektif bermasyarakat. Dengan berbekal keahlian membuatan ulatan klabang mantri sebagai hiasan.

    Baca Juga:  Cek Pelayanan ‘Prima’ Kantor Samsat, Kapolres Gianyar: Jangan Persulit Masyarakat
    Proses pembuatan klabang mantri. foto/ist

    Dari penuturan Sertu I Wayan Sumerta, yang ditemui Senin (6/2), ide awal membuat kelabang mantri ini saat ada peresmian Gereja di distrik setempat. Para tokoh dan tetua adat setempat meminta TNI dibuatkan gapura dengan bahan seadanya. Rencananya berbahan dari kayu dan cat.

    “Karena kami rasa tidak begitu bagus. Kita lihat ada bahan disana ada pohon kelapa dan bunga,” ungkapnya.

    Akhirnya ia pun membicarakannya dengan tokoh adat. Setelah disetujui, kemudian gapura digarap. “Hasilnya banyak yang takjub, apa lagi dalam peresmian gereja itu dihadiri Bupati setempat. Meski tidak sebagus kita di Bali, tapi banyak warga lokal yang senang melihatnya,” jelasnya.

    Baca Juga:  Kanwil DJP Bali Kumpulkan Penerimaan Pajak Sebesar Rp2,24 Triliun

    Selain membuat gapura, juga di buat karangan bunga. “Awalnya ada tokoh adat yang meninggal. Karena untuk membeli karangan bunga ke kota sangat jauh dan berbiaya mahal. Kita juga buatkan dari ulatan,” ujarnya.

    Semenjak saat itu, setiap ada tokoh yang meninggal selalu diminta untuk membuatkan karangan bunga dari ulatan. “Saya hitung sudah cukup banyak, selama 13 bulan sekitar 10 lebih karangan bunga kita buat,” katanya.

    Karya klabang mantri. foto/ist

    Karena kerajinan ulatan itu menarik warga lokal. Ia pun didapuk mengajari anak-anak SD dan SMP disana.

    Baca Juga:  Ini Upaya Pemkot Denpasar Tekan Inflasi di Bulan Ramadan

    “Pas ada kunjungan bapak bupati, dan kepala distrik hadir semua dan kepala sekolah serta tokoh masyarakat. Karena kekurangan para guru prakarya, dari kepala sekolah meminta untuk mengisi prakarya,” ujarnya.

    Khusus prakarya diajari buat karangan bunga dari ulatan klabang mantri. “Anak SD sampai SMP bahkan warga lokal juga ikut belajar membuat ulatan itu. Akhirnya semua ikut serta belajar. Jadinya setiap ada acara di gereja masyarakat sudah bisa sendiri inisiatif membuatnya,” tutur ayah tiga anak ini.

    Berkat kreativitasnya itu, ia pun mendapat penghargaan dari Danrem 181/Praja Vira Tama yang mewilayahi Provinsi Papua Barat. (ina/kb)

    Back to top button

    Berita ini dilindungi