DenpasarPemerintahanTokoh

Ini Dia 44 Tonggak Peradaban Bali Era Baru

    DENPASAR, Kilasbali.com – Gubernur Bali Wayan Koster membeberkan pencapaian pembangunan ‘Bali Masa Kini’ yang sangat penting dan signifikan, dirangkum menjadi 44 Tonggak Peradaban sebagai penanda Bali Era Baru. Hal tersebut disampaikan Gubernur Koster saat peluncuran Haluan Pembangunan Bali Masa Depan, 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 di Panggung Ardha Candra, Taman Budaya Bali Denpasar, belum lama ini.

    Penanda Bali Era Baru, lanjut Koster, yakni: memuliakan desa adat; hari penggunaan busana adat Bali; perekonomian adat Bali; Sipandu Beradat; pelindungan pura, pratima, dan simbol keagamaan; tata-titi kehidupan berbasis kearifan lokal sad kerthi; memuliakan bahasa, aksara, dan sastra Bali; menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali; menciptakan keyboard aksara Bali; memuliakan keluhuran warisan budaya Bali; penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali; pembaharuan Pesta Kesenian Bali; Festival Seni Bali Jani; pelindungan danau, mata air, sungai, dan laut.

    Kemudian pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai; pengelolaan sampah berbasis sumber; Bali Pulau Organik; pelestarian tanaman endemik Bali; Gumitir Bali Sudamala; Bali Mandiri Energi dengan Energi Bersih; kendaraan bermotor listrik berbasis baterai;  ekonomi kerthi Bali; keseimbangan pembangunan antar wilayah Bali; pariwisata budaya, berkualitas, dan bermartabat; bangga produk lokal Bali; harkat arak Bali; cita rasa garam Bali; pesona endek Bali; SDM Bali unggul; Bulan Bung Karno; pelindungan karya intelektual bali; sistem pelindungan Pekerja Migran Indonesia Krama Bali.

    Wayan Koster. Foto/ist

    Selanjutnya, pelayanan kesehatan tradisional Bali; Bali Pulau Digital; Bali Digital Festival; pelindungan kawasan suci Besakih; kawasan Pusat Kebudayaan Bali; shortcut Singaraja-Mengwitani;  Tol Jagat Kerthi Bali; Pelabuhan Segitiga Sanur-Sampalan-Bias Munjul; Bali Maritime Tourism Hub; Bendungan Sidan dan Bendungan Tamblang; Turyapada Tower KBS 6.0 Kerthi Bali; dan Bali Good Governance.

    Baca Juga:  Australia Dukung Bali Kendalikan Rabies

    Koster juga menjelaskan kondisi objektif dengan permasalahan dan tantangan Bali ke depan. Diantaranya tahun 2025 jumlah penduduk Bali diperkirakan mencapai 4,5 juta orang. “Ke depan, laju pertumbuhan penduduk Bali diperkirakan akan meningkat menjadi pada kisaran 1,2%-1,5% per tahun. Dengan perkiraan pertumbuhan tersebut, jumlah penduduk Bali pada kurun waktu 100 tahun ke depan, 2025-2125, mencapai kisaran 9,9 – 11,3 juta orang,” ungkapnya.

    Baca Juga:  Terobosan Sistem Tol Non Tunai Nirsentuh Pertama di Indonesia

    Pertumbuhan penduduk Bali pada kurun waktu tersebut, diharapkan bersumber dari peningkatan jumlah penduduk dari kelahiran Krama Bali, mengendalikan penduduk migrasi luar Bali; dan Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung terhadap peningkatan kebutuhan hidup berupa udara, air, pangan, energi, sandang, lahan permukiman, perumahan, papan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, lapangan pekerjaan, transportasi, infrastruktur, komunikasi, dan informasi.

    Terkait permasalahan dan tantangan alam Bali ke depan, Wayan Koster menyampaikan, alam Bali mengalami perubahan secara signifikan karena faktor alamiah dan dampak dinamika pembangunan. Kesucian alam Bali berpotensi semakin menurun yang berimplikasi pada ancaman menurunnya taksu Bali, seperti: penodaan tempat suci; wisata pendakian gunung; pencurian pratima; serta polusi danau, sungai, dan laut.

    “Luas lahan pertanian semakin berkurang karena kebutuhan semakin bertambah untuk permukiman, fasilitas infrastruktur dan sarana-prasarana, industri, pariwisata, serta pengurangan secara alamiah akibat abrasi atau bencana Alam. Lahan untuk pertanian khususnya sawah semakin berkurang yang berimplikasi pada ancaman ketersediaan pangan. Luas kawasan hutan cenderung menurun sehingga berpotensi mengancam ketersediaan udara bersih, air berkualitas dan keanekaragaman hayati menurun,” ujarnya.

    Baca Juga:  Hari Berkabung Nasional Wafatnya Wapres ke-9, Masyarakat Bali Diimbau Kibarkan Bendera Setengah Tiang

    Dia menambahkan, sumber air yang aktif seperti danau, mata air, dan sungai berpotensi semakin berkurang yang berimplikasi pada ancaman ketersediaan air bersih untuk kehidupan masyarakat, irigasi, dan industri pariwisata.

    “Ekosistem danau, mata air, sungai, dan laut berpotensi semakin rusak yang mengancam keanekaragaman hayati. Polusi dan kontaminasi dari berbagai sumber semakin meningkat yang mengancam ketersediaan udara bersih, air bersih, dan tanah berkualitas. Terjadinya perubahan iklim global berimplikasi pada ancaman peningkatan suhu, kekeringan, bencana alam, seperti: banjir, tanah longsor, gempa bumi, dan wabah penyakit, dan energi berbasis fosil semakin habis yang mengancam ketersediaan energi untuk memenuhi kehidupan, sehingga harus diprogramkan penggunaan energi bersih berbasis energi baru terbarukan,” pungkasnya. (jus/kb)

    Back to top button