Ekonomi BisnisGianyarSosial

Paceklik ‘Si Melon’ di Ubud

    GIANYAR, Kilasbali.com – Memanfaatkan gas Elpiji ukuran 3 Kg alias Si Melon di wilayah Ubud semakin parsial. Lantaran sektor usaha wisata mendominasi, konsumen rumah tangga pun kena getahnya. Dalam suasana hari raya, paceklik Si Melon pun tidak terhindarkan, yang berimbas pada kenaikan harga yang tak terkontrol.

    Pantauan, Minggu (6/8), keberadaan Si Melon di sejumah warung pengecer masih langka. Dari keterangan yang dihimpun, permintaan gas Elpiji bersubsidi ini meningkat tajam dalam sebulan terakhir.

    Ditandai dengan musim high season pariwisata yang menjadi lokomotif penggerak perekonomian. Dimana sebagian besar pengusaha memilih si melon, yang lebih ekonomis.

    Bahkan tidak jarang para pengusaha akomodasi wisata dan usaha lainnya memborong gas melon 5 sampai sepuluh biji dalam sekali pesan.

    Baca Juga:  Polres Tabanan Gelar Operasi Cipkon Untuk Amankan Jalannya Pilkada 2024

    Belum lagi kondisi lalu lintas di wilayah ubud yang tiap macet, kerap dijadikan dalih oleh para pihak distribusi sebagai kendala. Diperparah dengan suasa hari raya, di mana para pekerja distribusi hingga pengecer meliburkan diri.

    Kondisi ini pula membuat harga si melon meloncat -loncat.  Sejak pertengahan Juli, harga si melon terus mengalami kenaikan.

    Pascalangka di awal Juli 2023, harga gas melon di warung-warung yang awalnya Rp 20 ribu menjadi Rp 23 ribu. Namun, di awal Agustus 2023, harganya kembali naik menjadi Rp 25 ribu.

    Baca Juga:  Re-Branding New Logo dan Instragram LVC&C Model Management di Living Wolrd Bali

    Puncaknya sejak Jumat 4 Agustus 2023, peminat si melon di Ubud cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan peminat si melon bukan hanya masyarakat kurang mampu.

    Namun masyarakat sejahtera, para pengusaha hingga ekspatriat yang tinggal di Ubud, juga lebih memilih menggunakan gas bersubsidi tersebut.

    Diduga hal tersebut terjadi, selain harganya lebih terjangkau, juga dikarenakan tabungnya mudah dibawa. Karena itu, stok gas melon di warung-warung pun jarang bertahan lama.

    “Pengusaha penginapan, resto hingga usaha kecantikan, semua ikut berebut si melon. Selain untuk masak juga untuk kebutuhan fasilitas air panas. Karena banyak permintaan dan barang sedikit, harganya sekarang Rp 25 ribu. Itupun stok terbatas dan di warung saya sudah habis,” ungkap I Made Mergig, pemilik warung kecil di Tebesaya, Ubud.

    Syukurnya, Minggu (6 /8), harga si melon telah turun, di angka Rp 24 ribu per tabung. Diduga hal ini disebabkan stok gas mulai banyak dan masyarakat pun sudah tak panic buying, karena Hari Raya Galungan telah lewat. “Sudah turun, sekarang Rp 24 ribu per tabung. Mungkin tergantung stok,” ujarnya.

    Baca Juga:  Pertamina Dukung Perkembangan DTW Alas Kedaton

    Sayang, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Gianyar, Luh Gede Eka Suary tidak bisa dikonfirmasi. Saat dihubungi, pejabat ini meminta permakluman lantaran dalam kondisi sibuk. (ina/kb)

    Back to top button