Ekonomi BisnisGianyar

Musim Kering Diwarnai Hujan, Petani Tembakau Ketar Ketir

    GIANYAR, Kilasbali.com – Memasuki musim kerin namun diwarnai hujan dengan intensitas rendah, membuat petani tembakau di wilayah Sukawati ketar ketir.

    Karena cuaca tidak menentu itu, menyebabkan temperatur berubah-ubah dan menjadi ancaman tanaman tembakau.

    Apalagi petani di wilayah selatan Gianyar sedang menanam komoditas tembakau yang ditumpangi sari dengan cabai.

    Penanaman tumpang sari ini setelah petani ini menanam padi dua kali dan kali ini pada bulan Mei sampai Agustus menanam komoditas di luar padi.

    “Ya, sebagian wilayah di Selatan Gianyar kini memasuki masa magha, masa menanam palawija. Selain karena bergiliran air irigasi juga mengembalikan kondisi lahan dengan penanaman jenis palawija,” jelas Kadek Yuliana Dewi, Pejabat Fungsional Tanaman Holtikultura Dinas Pertanian Gianyar.

    Baca Juga:  Pertamina Dukung Perkembangan DTW Alas Kedaton

    Disebutkannya lahan yang ditanami tumpang sari sekitar 200 hektar. Tanaman ini meliputi tembakau dan di tumpangsari dengan cabai.

    Sebagian wilayah lain ada yang menanam jagung, bunga mitir atau bunga pacar Galuh, “Namun ulasannya tidak sebanyak komoditas Tembakau dan Cabai,” jelasnya.

    Hanya saja saat ini, sebagian besar petani sedang masa tanam tembakau dan cabai.

    Baca Juga:  Ratusan Musisi Lokal – Internasional Bakal Meriahkan Ubud Village Jazz Festival 2024

    Namun kondisi di lapangan, petani dihadapkan pada situasi cuaca yang tidak menentu.

    “Ya, kadang panas lalu mendadak hujan, kondisi ini bisa menyebabkan bibit yang baru ditanam mati atau layu,” ujarnya.

    Walau demikian, petani sudah menyiasati dengan membuat semacam corong yang terbuat dari batang pisang, sehingga meminimalkan kerugian atau bibit mati.

    Salah satu petani, Made Laba pada lahan 45 are ditanami Tembakau dan Cabai. Dirinya merasa was-was, karena cuaca yang sering berubah-ubah.

    Baca Juga:  Pemkab Tabanan Usulkan Revitalisasi Pasar Taman Sari ke Pemprov Bali

    “Ini cuaca sangat tidak menentu, kadang hujan dan kalau panas, panasnya terik sekali,” ujarnya.

    Bibit tembakau dan cabai yang ditanam belum berumur sepekan dan sangat rentan terhadap perubahan cuaca.

    “Kami siasati dengan membungkus dengan corong dari batang pisang,” tuturnya.

    Disebutnya, tanaman tembakau tidak butuh air yang banyak, sehingga kalau hujan tidak menentu, tembakau tidak bisa tumbuh dengan baik. (ina/kb)

    Back to top button