Gianyar

Antisapasi “Melukat Massal”, Pengempon Pura Tirta Empul Terapkan Ini

    GIANYAR, Kilasbali.com – Setiap Hari Banyupinaruh dan hari suci lainnya, tumpukan umat untuk melaksanakan pengelukatan di Pura Tirta Empul tidak terhindarkan. Kini, di tengah Pandemi Covid-19, pengempon pura setempat pun mulai melakukan antisiapsi agar protokol kesehatan dapat diterapkan. Menghindari penglukatan masal ini, umat pun diharapkan menghindari “rerainan”.

    Harapan itu disampikan oleh Bendesa Adat Manukaya Let, Made Mawi Arnata saat Simulasi penerapan protokol khusus untuk membatasi dan mencegah membludaknya umat di Pura Tirta Empul, Tampaksiring, Senin (29/06/2020).

    Disebutkan, sebagaimana Perayan Hari Saraswati, Banyupinaruah hingga purnama tilem sebelum pandemi, ribuan masyarakat melaksanakan penglukatan di pura setempat. Karena itu, disaat situasi sekarang ini, umat diimbau untuk tidak melakukan penglukatan pada hari-hari tertentu. Mengingat jumlah masyarakat yang akan melakukan penglukatan diperkirakan membludak.

    “Seperti hari Banyupinaruh, sehari setelah hari raya Saraswati yang akan datang ini, tentunya lonjakan umat harus kami antisipasi. Kami hanya berharap agr umat melukat di Tirta Empul tidak hanya untuk hari-hari tertentu saja, melukat disini sangat baik dilakukan kapan saja,” ujarnya.

    Baca Juga:  Roadshow, Wisnu Temui Sulinggih dan Aktif di Medsos

    Sebagai langkah antisipasi, sebut Mawi, pihaknya bersama jajaran Polsek Tampaksiring pengempon Pura Tirta Empul, telah melakukan persiapan pengamanan Banyupinaruh dengan protokol kesehatan, yang nantinya akan dilakukan sejumlah aturan agar masyarakat tidak berdesakan dalam proses penglukatan.

    “Kami siapkan kartu berwarna, yakni merah, kuning, hijau untuk diberikan kepada umat yang akan meukat dan sembahyang,” terangnya.

    Mengenai teknis penglukatan yang berlaku nanti, lanjut dia, merujuk pada protokol kesehatan. Di mana dari parkiran sudah ada pengawasan untuk tidak berdesakan. Kemudian memasuki madya mandala pemedek akan diberikan kartu sebagai bukti antrean.

    Baca Juga:  Chili dan Bali Jajaki Kerjasama Pertanian, Mahendra Jaya Ungkap Ini

    Hal yang berbeda yakni pemedek tidak lagi menaruh canang di setiap pancoran di kolam penglukatan. Namun cukup menghanturkan canang dan sembahyang di madya mandala sebelum melakukan penglukatan.

    “Kami sudah batasi sejumlah prosesinya. Seperti menghaturkan canang di pancoran kini tidak dilakukan untuk memperlancar antrean penglukatan,” jelasnya.

    Lanjutnya, setiap pemedek yang masuk kepancoran dibatasi hanya 30 orang. Sehingga jarak antara pemedek satu dengan lainnya bisa diatur. Kalaupun pemedek penuh dilihat dari tempat parkiran juga penuh, warga yang tidak mendapatkan tempat parkir akan diarahkan untuk mencari alternatif tempat lain.

    Baca Juga:  YPSS Sinergi Bersama Polri Amankan Pemilukada

    Sementara Polsek Tampaksiring AKP Wayan Sujana menjelaskan, khusus dalam hari Saraswati Banyupinaruh tatanan New Normal dalam penglukatan, masyarakat akan diatur.

    Untuk menerapkan ini pihaknya telah melakukan paruman dengan desa adat. Menyepakati, berupa pembatasan masyarakat yang masuk ke kolam, kamar ganti, dan di halaman.

    “Nanti sembahyangnya hanya sekali di halaman, selanjutnya di tempat melukat tinggal melukat saja diperlu menghaturkan canang kembali, agar jarak saat melukat bisa diatur,” pungkasnya. (ina/kb)

    Back to top button