Buleleng

Derita Pasutri di Desa Tunjung, Belasan Tahun Huni Gubuk Bambu, Istri Sakit-sakitan, Makan Tanpa Lauk

    SINGARAJA, Kilasbali.com — Pasangan suami istri I Wayan Wage (78) dan istri Ni Wayan Sinah hidup dibawah garis kemiskinan. Selama belasan tahun mereka menghuni gubuk bambu diatas tanah pribadi miliknya di Banjar Dangin Margi, Desa Tunjung, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

    Nah, untuk bertahan hidup Wage berusaha memenuhi kebutuhan makan sehari-hari dari hasil kerajinan tangan seperti membuat anyaman tamas, guungan (sangkar ayam) yang hasilnya tak menentu.

    Saat ditemui, Wage terlihat sedang merawat istrinya dalam kondisi sakit.

    “Kami jarang berobat ke Puskesmas, cukup pakai obat dari balian (dukun) saja. Hampir dua minggu istri sakit, berdarah dari luar batang hidungnya,” ucap Wage sambil mempersilahkan duduk.

    Baca Juga:  Gathering Bali Fashion Trend 2024 Pamerkan Karya 12 Desainer

    Wage menceritakan, gubuk itu sudah dihuni belasan tahun lamanya. Selama ini belum menerima bantuan dari Pemerintah Daerah program bedah rumah.

    “Kalau difoto-foto (rumah) sama Pak Kadus sudah. Namun, sampai dengan saat ini belum ada bantuan perbaikan. Ya, kami pasrah saja,” katanya.

    Imbuh Wage, bertahan hidup dari menganyam tamas serta bantuan pemerintah yang diterima 3 bulan sekali.

    Baca Juga:  PLN Bali Bagikan Ratusan Bendera Merah Putih di Lapangan Puputan Margarana

    “Tiap 3 bulan kami menerima Rp 600 ribu, dan uang itulah dipakai beli beras untuk makan setiap hari. Ya, makan seadanya. Uyah lengis (garam dan minyak kelapa). Kadang sayur jepang, toge. Kalau pakai lauk ikan atau daging jarang. Uangnya darimana? Pakai lauk tempe dan tahu sudah syukur. Bagi kami terpenting punya beras,” ujarnya.

    Baca Juga:  Pembangunan LRT di Bali Masuk Tahap penunjukan Mitra Strategis dan Pemimpin Konsorsium Investor

    Sejatinya mereka memiliki anak laki laki, namun kondisi ekonominya tak jauh beda. Meski dibelenggu kemiskinan, Wage tetap tabah menjalani hidup.

    “Kondisi ekonomi anak laki laki kami tak jauh beda. Anak pontang panting serabutan menghidupi keluarga,” terangnya.

     

    Sementara itu, Perbekel Desa Tunjung I Made Sadia ketika dikonfirmasi melalui telepon seluler mengaku, belum mengetahui secara pasti terkait kondisi warga I Wayan Wage.

    “Besok ya, saya kordinasi dulu dengan Kadusnya,” singkatnya. (ard/ist)

    Back to top button